BAB I
Pendahuluan
1.Latarbelakang
Masalah
Latar belakang
terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik
politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) dan Khawarij terus
menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir
maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.
Penumpasan
terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
2. Permasalahan
a.
Identifikasi Masalah
Dari persoalan yang terdapat dalam
latarbelakang masalah maka persoalan dalam pembahasan ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Terbentuknya dinasti Bani
Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa
Ali.
2. Dinasti
Bai Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem
politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa
dinasti ini. Antaranya adalah masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.
3. Keruntuhan
dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin Muhammad dalam
pertempuran zab hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 748 M.
Pada peristiwa ini terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani
Umayyah.
b. Pembatasan
Masalah
Agar pembahasan
tidak terlalu meluas maka penulus hanya membahas tentang:
1.
Faktor berdirinya dinasti ummaiyah.
2.
Kemunduran dinasti ummaiyah.
3.
Runtuhnya dinasti ummaiyah
BAB II
PEMBAHASAN
1.BERDIRINYA
DINASTI UMAYYAH
Pendiri Dinasti
Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Penisbatan dinasti kepada Umayyah
karena Umayyah ialah seorang tokoh terkemuka yang berpengaruh besar di kalangan
bangsa Quraisy, nenek moyang Muawiyyah.
Pada masa
Khalifah Usman bin Affan, Muawiyyah diangkat menjadi gubernur Syam (Syria),
yang berkedudukan di Damaskus. Tabiat pribadinya penyabar dan penyantun, dia
juga diplomat yang ulung.
Setelah
Khalifah Usman wajat dan digantikan oleh Ali bin Thalib, Muawiyyah tampil
sebagai penantang Khalifah Ali. Dalam pertentangan tersebut keduanya terlibat
dapam perang Shiffin, yang menimbulkan perpecahan semakin parah di kalangan
kaum muslimin pada waktu itu. Ada yang memihak Muawiyyah, ada yang memihak
Khalifah Ali, dan ada juga yang memisahkan diri (Khawarij)
Setelah
Khalifah Ali wajat, Muawiyyah menjadi Khalifat. Dengan demikian,
berakhirlah masa pemerintahan khulafaur rasyiddin dan diganti oleh Dinasti
Umayyah yang beribu kota Damaskus.([1])
Daulat Bani
Umayyah yang berdiri sejak tahun 660 Masehi sampai dengan tahun 750 Masehi
(lebih kurang 90 tahun) yang dipimpin 14 o rang Khalifat dan 5 orang
diantaranya merupakan Khalifah yang memiliki kelebihan tersendiri.
Dalama
kepemimpinannya setiap Khalifah akan bertindak sesuai dnegan watak yang
dimilikinya serta tuntutan yang dibutuhkannya pada saat. Ketika terjadinya kekacauan-kekacauan
sebelum berdirinya Daulat Bani Umayyah, yaitu kekacauan yang berlangsung pada
tahun terakhri dari pemerintahan Khalifah Usman bin Affan dan jugaa pada masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam pada saat itu hanya b ersifat
de facto dan belum didukung oleh yuridis formal, artinya wilayah Islam tersebut
hanya bersifat fakta geografis dan belum adanya keterkaitan hukum atau
perundang-undangan dengan pusat pemerintahan Islam juga belum adanya pengakuan
kedaulantan secara resmi dari negara-negara yang berbatasan. Dengan demikian
wilayah islam tersebut, keadaanya menjadi labil misalnya : Wilayah Islam itu
sering diserang oleh negara-negara non Islam yang letaknya berbatasan.
Masa
Pemerintahan Bani Umayyah yang terkenal sebagai suatu masa yang perhatiannya
tertumpu kepada kebesaran kerajaan, yang berarti semangata dan keinginan untuk
memiliki kekuasaan yang Umayyah melakukan langkah sebagai berikut :
1. Memantapkana
dan memperhatikan wilayah kekuasaan Islam yang diwarnai oleh Khurafaur
Rasyiddin.
2. Memperluas
kekuasaan Islam y ang diarahkan berbagai wilayah, yaitu :
a. Wilayah Asia Kecil yang masih
dikuasai Romawi Timur.
b. Wilayah Afganistan-India dan
perbatasan Bangkok.
c. Wilayah Pantai Utara Afrika,
meliputi Aljazair dan Maroko
d. Wilayah Eropa Barat yaitu
semenanjung Andalusia (Spanyol)
A.
Kekuatan Politik
Lahirnya Daulat Bani Umayyah
ditengah-tengah terjadinya pertentangan politik antara golongan, yaitu :
a.
Golongan Syi’ah
b.
Golongan Khawarij
c.
Golongan Jami’iyah
d.
Golongan Zubaer
Dari pertentangan
politik antar golongan itu, kelompok Bani Umayyah yang dipelopori Mu’awiyyah
muncul sebagai pemenangnya yang selanjutnya berdirilah pemerintah Daulat Bani
Umayyah.
Corak politik
suatu negara umumnya akan dipengaruhi oleh latar belakang berdirinya
negara yang bersangkutan dan dipengaruhi oleh situasi saat berdirinya negara
tersebut.
Daulat Bani
Umayyaha yang lahir dikelilingi oleh musuh-musuhnya dari berbagai golongan,
maka kebijaksanaan politiknya menggunakan pendekatan keamanan (militer)
agar kekuasaanya menjadi korban dan berwibawa.
B. Langkah-langkah
Politik Bani Umayyah
1) Memindahkan
ibu kota pemerintahan Bani Umayyah ke Damaskus yang
bertujuan
memperkokoh kekuasaannya, karena wilayah Syiria yang berpusat di
Damaskus
merupakan basis kekuatan Bani Umayyah.
2) Menumpas
segala bentuk pemberontakan yang ada, demi terciptanya bentuk
stabilitias
keamanan dalam negerinya.
3) Menyusun
organisasi pemerintahan, agar roda pemerintahannya dapat berjalan
dengan lancar.
4) Merubah
sistem pemerintahan demokrasi ke sistem monarchi/kerajaan.
5) Menetapkan
Bahasa Arab sebagai Bahasa Nasional Umayyah yang dapat
berfungsi
sebagai alata pemersatu umat Islam
Dengan
langkah-langkah tersebut diatas, Daulat Bani Umayya berhasil menjadi kerajaan
yang besar, terbukti bawa pada abad ke-6 sampai ke-8 belum ada satupun kerajaan
di Eropa maupun diwilayah lainnya yang dapat menandingi kebesaran Umayyah.
C. Kekuatan
Militer
Kekuatan Bani
Umayyah yang besar dan wilayah kekuasaannya yang besar itu, tentu saja didukung oleh
kekuatan angkatan bersenjata yang memadai. Pemerintah Bani Umayyah memiliki
berbagai pertahanan keamanan yang disebut “An NadhimulHarby”. Lembaga
pertahanan ini memiliki 3(tiga) angkatan, yaitu :
a.
Angkatan Darat.
b.
Angkatan Laut
c.
Angkatan Kepolisian
Pemerintah Bani
Umayyah juga membantu pasukan pengawal khusus Khalifah yang disebut “AL
Hijabah”
Seluruh anggota
militer itu dilatih sedemikian rupa, baik latihan fisik, mental, latihan cara
menggunakan senjata menaiki kuda, bahkan ada pula pasukan khusus musim dingin
dan pasukan khusus musim panas. Dan kesemuanya digaji oleh negara dengan
tingkat kesejahteraan yang cukup tinggi.([2])
2. KEMUNDURAN
DINASTI BANI UMAYYAH
Dinasti Bai
Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnyasistem politik dan
kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini.
Antaranya adalah masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.
Seperti
diketahui bahwa setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para Khalifah Bani
Umayyah tidak ada yang dapat diandalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan
keamanan dengan baik, selain itu mereka tidak dapat mengatasi pemberontakan di
dalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak mampu lagi menjaga keutuhan
dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Sehingga sering terjadi
pertikaian di dalam rumah tangga istana. Penyebabnya adalah perebutan
kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan kedudukan khalifah dan seterusnya.
Adapun
sebab-sebab kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut :
1.
Khalifah memiliki kekuasaan yang absolut. Khalifah tidak
mengenal kompromi. Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa
pembunuhan Husein dan para pengikutnya di Karbala. Peristiwa ini menyimpan dendam
di kalangan para penentang Bani Umayyah, terjadi pergolakan politik yang
menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan terganggu.
2.
Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan
berfoya-foya di kalangan istana, menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas
mereka, disamping mengganggu keuangan negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik
bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan
memboroskan uang negara. Sifat – sifat inilah yang tidak disukai masyarakat,
sehingga lambat-laun mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk menggulingkan
kekuasaan dinasti Bani Umayyah.
3.
Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem
pengangkatan khalifah. Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan di antara para
calon khalifah.
4.
Banyaknya gerakana pemberontakan selama masa-masa
pertengahan hingga akhir pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para
pemberontak menghabiskan daya dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani
Umayyah mengendur.
5.
Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab
Selatan (Arab Himariyah) semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayyah
mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan
negara.
6.
Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijakan para
penguasa Bani Umayyah, karena tidak didasari atas syariat Islam.
3. KERUNTUHAN
DINASTI BANI UMAYYAH
Setelah sekian
lama mengalami masa-masa kemunduran akhirnya Dinasti Bani Umayyah benar-benar
mengalami kehancuran atau keruntuhan. Keruntuhan ini terjadi pada masa pemerintahan
Marwan bin Muhammad setelah memerintah lebih kurang 6 tahun (744-750) M).
Keruntuhan
dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin Muhammad dalam
pertempuran zab hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 748 M.
Pada peristiwa ini terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani
Umayyah. Sementara yang tersisa masih hidup, terus dikejar kemudian dibunuh.
Bahkan Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri dapat ditangkap dan
kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani.
Pertikaian dan
pembunuhan ini menimbulkan kekacauana sosial dan politik, sehingga negara
menjadi tidak aman dan masyarakat yang pernah merasa tersisih bersatu dengan
kelompok Abu Muslim dan Abul Abbas. Bergabungnya masyarakat untuk mengalahkan
kekuatan Bani Umayyah, menandai berakhirnya masa masa kejayaan Bani Umayyah,
sehingga sekitar tahun 750 M Bani Umayyah tumbang.
Adapun sebab –
sebab utama terjadinya keruntuhan dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut :
1.
Terjadinya persaingan kekuasaana di dalam anggota
keluarga Bani Umayyah
2.
Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang
mampu mengendalikan kekuasaan dan menjaga keutuhan negara.
3.
Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang menentang
kekuasaan Bani Umayyah, antara lain gerakan kelompok Syi’ah.
4.
Serangan pasukan Abu Musim al-Khurasani dan pasukan Abul
Abbas ke pusat-pusat pemerintahan dan menghancurkannya.([3])
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendiri Dinasti
Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Penisbatan dinasti kepada Umayyah
karena Umayyah ialah seorang tokoh terkemuka yang berpengaruh besar di kalangan
bangsa Quraisy, nenek moyang Muawiyyah.
Lahirnya Daulat
Bani Umayyah ditengah-tengah terjadinya pertentangan politik antara golongan,
yaitu :
1. Golongan Syi’ah
2. Golongan Khawarij
3. Golongan Jami’iyah
4. Golongan Zubaer
Dari
pertentangan politik antar golongan itu, kelompok Bani Umayyah yang dipelopori
Mu’awiyyah muncul sebagai pemenangnya yang selanjutnya berdirilah pemerintah
Daulat Bani Umayyah. Kekuatan Bani Umayyah yang besar dan wilayah kekuasaannya
yang besar itu, tentu saja didukung oleh kekuatan angkatan bersenjata yang
memadai.
Pemerintah Bani
Umayyah memiliki berbagai pertahanan keamanan yang disebut “An
Nadhimul Harby”. Lembaga pertahanan ini memiliki 3(tiga) angkatan, yaitu :
1. Angkatan Darat.
2. Angkatan Laut
3. Angkatan Kepolisian
Dinasti Bai
Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnyasistem politik dan
kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini.
Antaranya adalah masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.
Adapun sebab –
sebab utama terjadinya keruntuhan dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut :
a.
Terjadinya persaingan kekuasaana di dalam anggota
keluarga Bani Umayyah
b.
Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang
mampu mengendalikan kekuasaan dan menjaga keutuhan negara.
c.
Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang menentang
kekuasaan Bani Umayyah, antara lain gerakan kelompok Syi’ah.
d.
Serangan pasukan Abu Musim al-Khurasani dan pasukan Abul
Abbas ke pusat-pusat pemerintahan dan menghancurkannya.
Lemahnya
pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat
kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
B.Saran
Dalam pembuatan
makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi dan cara
penulisan.
Untuk itu kami
sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang
kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar mampu menjadi
guru dalam memperbaiki penulian makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Agama,2002.Pendidikan Agama Islam.jakarta: PT
balai pustaka.
Depertemen Agama RI,1998.Sejarah Kebudayaan
Islam.Direektorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Muradi,2005.Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra
[2] Depertemen
Agama RI,1998.Sejarah kebudayaan islam.Direektorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam. Halm: 47
No comments:
Post a Comment